IDERAKYAT.COM -Pagi di Kampung Nagernag, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, tidak seperti biasanya. Di halaman sebuah rumah berdinding bilik bambu yang sudah reyot, duduklah Abah Alit (56).
Wajahnya, yang puluhan tahun dihiasi garis ketabahan, kini dibasahi air mata haru. Ia tidak banyak bicara, namun mata berkaca-kacanya berbicara tentang syukur yang tak terhingga.
Hari itu, Abah Alit, yang selama ini tidur dihantui ketakutan rumahnya roboh atau bocor saat hujan, menerima kabar baik yang mengubah segalanya berupa Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) miliknya akan dibangun kembali.
Penyerahan bantuan ini dilakukan langsung oleh Wakil Bupati Tasikmalaya, Asep Sopari Al-Ayubi, didampingi Kapolres Tasikmalaya AKBP Haris Dinzah, dan Ketua Baznas Kabupaten Tasikmalaya, Eddy Abdul Somadi.
Baca juga : Diva Zahra Serius Hadapi Sirkuit Hidzie pada Putaran Pamungkas Kejurnas Sprint Rally 2025
“Alhamdulillah, terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu membangun rumah kami. Sekarang kami bisa tidur tanpa merasa takut rumah rubuh atau bocor ketika hujan,” ucap Abah Alit.
Selama ini, rumah Abah Alit adalah potret perjuangan di bawah garis kemiskinan. Dindingnya penuh lubang, atapnya bocor, dan lantai selalu becek saat musim hujan, sebuah kondisi yang merenggut rasa aman dan martabat. Kini, rasa cemas itu perlahan digantikan oleh dinding kokoh dan harapan baru.
Wakil Bupati Asep Sopari Al-Ayubi menegaskan bahwa pembangunan Rutilahu Abah Alit bukan sekadar tugas pemerintah, melainkan manifestasi kekuatan kolaborasi. Ia menyoroti bahwa rumah Abah Alit adalah bukti nyata bahwa kepedulian bersama mampu mengatasi keterbatasan fiskal.
“Anggaran pemerintah terbatas. Karena itu, kolaborasi antara Pemkab, Baznas, Polres, dan terutama warga, menjadi sangat penting,” jelas Wabup Asep.
Baca juga : Kampung Adat Naga, Lestari Ditengah Modernisasi
Yang membuat kisah ini menghangatkan hati adalah hidupnya kembali tradisi gotong royong di Nagernag. Warga setempat tidak hanya menyumbang material sederhana, tetapi juga tenaga.
“Warga turun tangan langsung. Ada yang membantu memotong bambu, ada yang mengangkut pasir, ada yang mengerjakan dinding. Inilah nilai kebersamaan yang harus terus kita jaga,” tambah Wabup Asep.
Ketua Baznas Kabupaten Tasikmalaya, Eddy Abdul Somadi, menjelaskan peran lembaga amil ini. Setiap tahun, Baznas menargetkan membantu sekitar 100 unit Rutilahu dengan bantuan dasar Rp10 juta.
“Kami ingin membangkitkan kembali kebiasaan gotong royong. Berdasarkan pengalaman, swadaya masyarakat sering kali justru lebih besar daripada dana bantuan awal,” terang Eddy.
Baca juga : Komisi III Dukung Reaktivasi Stasiun Rajapolah, Sarankan Awali Lakukan Kajian Matang
Ia menyebut, total bantuan yang terkumpul dari berbagai pihak untuk rumah Abah Alit ini mencapai sekitar Rp25 juta, jauh melampaui bantuan dasar, menunjukkan betapa besar rasa empati yang muncul dari lingkungan sekitar.
Di penghujung acara, Abah Alit kembali memandang rumahnya yang mulai berdiri kokoh. Di balik dinding yang diperkuat itu, tersemat harapan sederhana namun besar: hidup yang lebih tenang, malam tanpa ketakutan, dan pengakuan martabat.
“Mudah-mudahan semua yang membantu mendapatkan balasan yang baik dari Allah,” doa Abah Alit penuh lirih.
Bagi Abah Alit, rumah baru bukan sekadar bangunan. Itu adalah ketenangan yang kembali hadir, martabat yang kembali dirajut, dan bukti nyata bahwa kasih sayang antar sesama masih hidup dan nyata di jantung Tasikmalaya.*

