Mengenal Sosok Syekh Abdul Muhyi, Penyebar Islam di Tatar Priangan 

Makam Syekh Abdul Muhyi Pamijahan (@instagram/wisatareligipamijahan)

IDERAKYAT.COM – Nama Pamijahan tidak lepas dari nama besar seorang ulama penyebar agama islam di wilayah Jawa Barat yakni Syekh Abdul Muhyi.

Ribuan peziarah setiap tahunnya datang ke kompleks makam Syekh Abdul Muhyi yang terletak di Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Kabupaten Tasikmalaya.

Dibalik kesakralan tempat tersebut, tersimpan sejarah panjang tentang perjalanan spiritual, dakwah, dan peran penting seorang wali dalam menanamkan ajaran Islam di tengah masyarakat yang masih kuat memeluk kepercayaan animisme dan dinamisme.

Dihimpun dari berbagai sumber, Syekh Abdul Muhyi lahir pada tahun 1650 M (1071 H) di Mataram (diduga di sekitar Yogyakarta) dengan nama kecil Kiai Bagus Muhammad.

Ia adalah putra dari pasangan Syaikh Abdul Qadir dan Siti Hadijah. Ayahnya, Syaikh Abdul Qadir, adalah seorang ulama keturunan Arab dari Kesultanan Mataram.

Perjalanan intelektualnya dimulai sejak usia dini. Ia mempelajari dasar-dasar agama dari ayahnya sendiri. Menginjak remaja, untuk memperdalam ilmu, ia dikirim ke Pondok Pesantren Giri, di bawah asuhan Sunan Giri III (Pangeran Giri), sebuah pusat pendidikan Islam yang sangat termasyhur pada masa itu. Di Giri, ia bergaul dengan para santri dari berbagai penjuru Nusantara.

Titik balik terbesar dalam hidupnya adalah ketika ia memutuskan untuk menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu di Tanah Suci Mekah. Di sana, ia tidak hanya menimba ilmu fikih dan tauhid, tetapi juga mendalami ilmu tasawuf (sufisme).

Ia menjadi murid dari seorang mursyid (guru pembimbing spiritual) Tarekat Syattariyah yang sangat berpengaruh, yaitu Syekh Abdul Rauf al-Sinkili di Aceh. Setelah dinyatakan lulus, Syekh Abdul Rauf memberikan wewenang (ijazah) kepadanya untuk menyebarkan Tarekat Syattariyah di Jawa.

Setelah kembali ke tanah air, Syekh Abdul Muhyi memulai dakwahnya. Awalnya, ia berdakwah di daerah Lengkong, Sukabumi, bersama istrinya, tetapi tidak berjalan mulus. Suatu malam, ia mendapat petunjuk melalui mimpi untuk mencari tempat bernama “Safarwadi” yang berarti “lembah yang suci”.

Setelah melalui pencarian, ia sampai di sebuah lembah terpencil di daerah Darma, Kuningan. Di sana, ia bertemu dengan seorang pertapa sakti bernama Embah Jaga Raksa. Melalui dialog spiritual yang intens, Embah Jaga Raska akhirnya memeluk Islam dan menjadi salah satu murid terdekatnya. Namun, konflik dengan penguasa setempat memaksanya berpindah.

Ia kemudian melanjutkan perjalanan dan menemukan sebuah gua di daerah yang sekarang dikenal sebagai Pamijahan. Merasa cocok dan tenang, ia memutuskan untuk menetap dan menjadikan gua tersebut sebagai tempat bermeditasi (khalwat) dan menyebarkan ajaran Islam. Gua itu kemudian dinamakan Gua Safarwadi, sesuai dengan petunjuk dalam mimpinya.

Strategi dakwah Syekh Abdul Muhyi dikenal dengan metode dakwah yang sangat toleran dan berbasis kearifan lokal (cultural approach). Seperti para Wali Songo, ia tidak menghancurkan adat istiadat setempat, tetapi mengisinya dengan nilai-nilai Islam.

Tempat-tempat yang dianggap keramat oleh masyarakat sebelumnya tidak dihilangkan, melainkan dialihfungsikan dan diberi makna baru yang Islami. Gua Safarwadi, yang sebelumnya mungkin menjadi tempat pemujaan, dijadikannya sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ia mengajarkan zikir, tafakur, dan praktik tasawuf yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Kharisma, kesalehan, dan kedalaman ilmunya berhasil menarik perhatian masyarakat dari berbagai daerah untuk memeluk Islam dan menjadi pengikutnya.

Berkat kegigihannya, Pamijahan pun berkembang dari sebuah kawasan terpencil menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam yang penting, khususnya untuk aliran Tarekat Syattariyah. Ia wafat pada tanggal 12 Dzulhijjah 1151 H (bertepatan dengan 1730 M) dan dimakamkan di dekat Gua Safarwadi.

Kini, Pamijahan tidak hanya menjadi monumen sejarah, tetapi juga living tradition (tradisi yang hidup), di mana nilai-nilai spiritual dan intelektual yang ditinggalkan Syekh Abdul Muhyi terus mengalir, menginspirasi generasi demi generasi untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.